LANDASAN TEORI
Uji karbohidrat Benedict merupakan uji yang dilakukan untuk
membedakan gula pereduksi bedasarkan reduksi ion kupri, dalam suasana alkalis. Glukosa,
laktosa, fruktosa, dan maltosa mempunyai gugus OH bebas yang reaktif, sedangkan
sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya sudah
saling terikat. Oleh karena itu, bedasarkan teori, laktosa, glukosa, fruktosa,
dan mlatosa merupakan gula pereduksi sedangkan sukrosa merupakan gula non
pereduksi. Pada uji
Benedict, dari data hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa
sampel glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan sukrosa bereaksi positif
terhadap uji benedict. Hal tersebut ditandai dengan adanya endapan berwarna
merah bata setelah dipanaskan. Sehingga glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa,
dan sukrosa merupakan gula pereduksi.
Berdasarkan teori yang ada menyatakan bahwa sukrosa tidak termasuk
dalam gula pereduksi, dan tidak terdeteksi oleh pereaksi benedict, karena
sukrosa tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Dari
hasil pengamatan yanng telah dilakukan sukrosa menghasilkan nilai positif pada
uji benedict ini, hal ini disebabkan kemungkinan karena adanya kesalahan pada
saat praktikum, seperti halnya dalam kebersihan alat yang akan digunakan atau
mungkin kesalahan dalam menambahkan larutan pereaksi.
1. TES BENEDICT
TUJUAN
· Untuk mengetahui dan membuktikan adanya karbohidrat pereduksi
ALAT DAN BAHAN
1. Pipet tetes
2. Pipet mohr+bola penghisap
3. Penjepit tabung
4. Rak tabung
5. Tabung reaksi
6. Label, tissue, handscoon, masker
7. Bunsen/spiritus
8. Sari buah (bengkoang, pepaya, jeruk, nenas)
9. Larutan benedict
10. Glukosa 0,5%
11. Glukosa 1%
12. Glukosa 2%
13. Pati 1%
14. Sukrosa 1%
15. Vortex
1.
Memberikan label pada tiap tabung
(Benedict bengkoang, Benedict pepaya,
Benedict jeruk, Benedict nenas, Benedict glukosa (0,5
%, 1%, 2%), Benedict pati 1%, Benedict sukrosa
1%
2.
Meneteskan 2,5 ml larutan benedict
kesemua tabung menggunakan pipet mohr
3.
Memasukan 4 tetes sari bengkoang
dengan pipet tetes kedalam tabung yang berlabelkan “B bengkoang” menggunakan pipet tetes
4.
Memasukan 4 tetes sari pepaya dengan
pipet tetes kedalam tabung yang berlabelkan “B pepaya” menggunakan pipet tetes
5.
Memasukan 4 tetes sari nenas dengan
pipet tetes kedalam tabung yang berlabelkan “B nenas” menggunakan pipet tetes
6.
Memasukan 4 tetes sari jeruk dengan
pipet tetes kedalam tabung yang berlabelkan “B jeruk” menggunakan pipet tetes
7.
Memasukan 4 tetes larutan
kemasing-masing tabung yang tersisa (glukosa 0,5%,
1%, 2%, pati 1%, sukrosa 1%) sesuai dengan larutan yang dituliskan
di label menggunakan pipet tetes
8.
Memvortex semua tabung kira-kira selama 8 detik agar tercampur rata dengan benedictnya
9.
Melayangkan tabung diatas api bunsen dengan penjepit tabung sampai terlihat gelembung, dilakukan pada keseluruh tabung
10.
Membiarkan keseluruh tabung selama 5
menit
11.
Mengamati hasil yang terlihat pada setiap tabung reaksi dengan memfotonya
12.
Menuliskan hasil yang didapatkan
HASIL PENGAMATAN
ISI TABUNG
|
WARNA LARUTAN
|
ENDAPAN
|
HASIL PENGAMATAN
|
Benedict
Glukosa 0,5%
|
Biru
keruh
|
Merah
|
++
|
Benedict
Glukosa 1%
|
Biru
keruh
|
Merah
|
++
|
Benedict
Glukosa 2%
|
Kuning
|
Merah
|
+
|
Benedict Pati 1%
|
Biru
jernih
|
-
|
-
|
Benedict Sukrosa 1%
|
Biru
jernih
|
-
|
-
|
Benedict Pepaya
|
Kuning
|
Kuning
|
++
|
Benedict Nenas
|
Kuning
jernih
|
Kuning
|
++
|
Benedict Bengkoang
|
Kuning
jernih
|
Kuning
|
+++
|
Benedict Jeruk
|
Kuning
kehijauan
|
Kuning
|
+++
|
KESIMPULAN
Semua tabung reaksi merupakan KH pereduksi dengan kadar
paling tinggi glukosa 2%. Glukosa 2% inilah yang paling tinggi akan karbohidrat, karena warna yang dihasilkan merah serta memiliki endapan. Hal ini menandakan glukosa 2%
memiliki kadar perduksi >2%.
Yang merupakan hasil negative (-) pati dan sukrosa, jadi pati dan sukrosa bukan
merupakan KH pereduksi.
0 komentar:
Posting Komentar