Kamis, 11 Agustus 2016

Limfoma

A.PENGERTIAN
Limfoma adalah kanker yang muncul dalam sistem limfatik yang menghubungkan noda limfa atau kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Sistem limfatik termasuk bagian penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia.
Sel-sel darah putih limfosit dalam sistem limfatik akan membantu pembentukan antibodi tubuh untuk memerangi infeksi. Tetapi jika sel-sel limfosit B dalam sistem limfatik diserang kanker, sistem kekebalan tubuh penderita akan menurun sehingga rentan mengalami infeksi.
B.JENIS JENIS
Kanker ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin. Perbedaan utamanya terletak pada jenis sel limfosit yang diserang kanker dan dapat diketahui melalui pemeriksaan di bawah mikroskop oleh dokter.

Limfoma digolongkan dalam jenis Hodgkin jika dokter mendeteksi adanya sel abnormal Reed-Sternberg dalam sel kanker. Sementara limfoma tanpa sel abnormal tersebut termasuk dalam kategori limfoma non-Hodgkin.
Limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi dibandingkan limfoma Hodgkin. Diperkirakan sekitar 8 dari 10 kasus limfoma merupakan jenis ini.
C.GEJALA
Gejala utama yang dialami pengidap limfoma adalah tumbuhnya benjolan. Benjolan ini tidak terasa sakit dan umumnya muncul pada leher, ketiak, dan selangkangan.
Selain benjolan, ada beberapa gejala yang mungkin dirasakan pengidap. Indikasi-indikasi tersebut biasanya meliputi:
·                     Selalu merasa lelah.
·                     Berkeringat pada malam hari.
·                     Demam dan menggigil.
·                     Sering mengalami infeksi atau infeksi yang sulit sembuh.
·                     Gatal-gatal di seluruh tubuh.
·                     Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
·                     Tidak nafsu makan.
·                     Pembengkakan pada perut.
·                     Sakit perut.
·                     Batuk yang tidak kunjung sembuh.
·                     Gangguan pernapasan.
·                     Sakit dada.
Segeralah temui dokter jika Anda merasakan gejala-gejala tersebut. Meski memiliki benjolan, bukan berarti Anda pasti menderita limfoma, tapi disarankan untuk tetap melakukan pemeriksaan sedini mungkin.
D.PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO
Limfoma terjadi karena adanya perubahan atau mutasi pada DNA sel-sel limfosit sehingga pertumbuhannya menjadi tidak terkendali. Penyebab di balik mutasi tersebut belum diketahui secara pasti. Tetapi ada beberapa hal yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena limfoma. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
·                     Usia. Sebagian besar limfoma Hodgkin terjadi pada pengidap yang berusia 15-30 tahun dan lansia di atas 55 tahun. Sedangkan risiko limfoma non-Hodgkin akan meningkat seiring usia, khususnya lansia berusia di atas 60 tahun.
·                     Faktor keturunan. Risiko Anda untuk terkena limfoma akan meningkat jika Anda memiliki anggota keluarga inti (ayah, ibu, atau saudara kandung) yang menderita jenis kanker yang sama.
·               Pernah tertular virus Epstein-Barr atau EBV. Virus ini menyebabkan demam kelenjar. Orang yang pernah mengalami demam kelenjar lebih berisiko mengalami limfoma Hodgkin.
·                     Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena mengidap HIV atau menggunakan obat imunosupresan.
·                     Jenis kelamin. Limfoma lebih sering menyerang pria dibandingkan dengan wanita.
E.DIAGNOSA DAN STADIUM LIMFOMA
Menanyakan gejala-gejala yang dialami pasien merupakan langkah awal diagnosis pada semua penyakit, termasuk limfoma. Riwayat kesehatan Anda dan pemeriksaan fisik juga akan Anda jalani.
Jika menduga Anda mengidap limfoma, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan atau tes untuk memastikan diagnosis. Langkah pemeriksaan tersebut meliputi:
·                  Tes darah dan urine. Melalui langkah ini, dokter akan mengetahui kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan.
·                    X-rayCTMRI, dan PET scan. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat tingkat penyebaran limfoma.
·                 Biopsi untuk mengambil sampel kelenjar getah bening yang membengkak serta sumsum tulang.
Biopsi, X-ray, CT Scan, MRI, dan PET Scan juga akan membantu dokter untuk menentukan stadium serta tingkat perkembangan limfoma yang Anda derita. Berikut ini adalah penjelasan singkat untuk stadium-stadium dalam limfoma.
·             Stadium 1 – kanker menyerang salah satu kelompok noda limfa.
·             Stadium 2 – kanker menyerang dua kelompok noda limfa atau menyebar ke satu organ di sekitar noda limfa, tapi hanya terbatas pada tubuh bagian atas atau bawah saja.
·              Stadium 3 – kanker menyebar ke kelompok noda limfa pada bagian atas dan bawah diafragma.
·           Stadium 4 – kanker sudah menyebar melalui sistem limfatik dan masuk ke organ atau sumsum tulang.
F. PENGOBATAN
Pengobatan limfoma bisa tidak sama bagi tiap pengidap. Dokter akan menentukan langkah yang terbaik untuk Anda berdasarkan kondisi kesehatan, jenis, dan stadium limfoma Anda.
Khusus untuk limfoma non-Hodgkin, tidak semuanya membutuhkan penanganan medis secepatnya. Jika kanker yang Anda idap termasuk jenis yang lambat berkembang, dokter mungkin akan menyarankan untuk menunggu dan melihat perkembangannya terlebih dulu. Bahkan ada limfoma non-Hodgkin stadium dini dengan ukuran kecil yang dapat diatasi melalui prosedur pengangkatan pada saat biopsi sehingga pasien tidak membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Jika limfoma Anda membutuhkan pengobatan, langkah utama dalam menanganinya adalah kemoterapi. Kemoterapi dapat diberikan melalui infus atau obat minum. Jenis yang diberikan oleh dokter tergantung pada stadium kanker yang Anda derita. Terapi ini juga terkadang dikombinasikan dengan:
·                     Radioterapi.
·                     Obat-obatan steroid.
·                   Terapi biologis, contohnya obat rituximab. Obat ini akan menempelkan diri pada sel-sel kanker lalu merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerang dan membunuhnya.
·                 Transplantasi sumsum tulang. Langkah ini dibutuhkan bagi penderita limfoma yang mengalami kerusakan sumsum tulang akibat kemoterapi dosis tinggi.
Di samping manfaat dan keefektifannya, langkah-langkah tersebut juga memiliki efek samping. Beberapa efek samping yang umumnya berpotensi dialami oleh penderita meliputi kelelahan, diaremual, serta muntah.
Selain itu, penurunan sistem kekebalan tubuh, risiko ketidaksuburan, potensi munculnya kanker lain juga merupakan komplikasi efek samping dari pengobatannya. Risiko terjadinya penyakit lain juga mungkin bisa meningkat, contohnya penyakit jantung, ginjal, diabetes, serta katarak.


0 komentar:

Posting Komentar