A.PENGERTIAN
Limfoma adalah kanker yang muncul dalam
sistem limfatik yang menghubungkan noda limfa atau kelenjar getah bening di
seluruh tubuh. Sistem limfatik termasuk bagian penting dalam sistem kekebalan
tubuh manusia.
Sel-sel darah putih limfosit dalam sistem
limfatik akan membantu pembentukan antibodi tubuh untuk memerangi infeksi.
Tetapi jika sel-sel limfosit B dalam sistem limfatik diserang kanker, sistem
kekebalan tubuh penderita akan menurun sehingga rentan mengalami infeksi.
B.JENIS JENIS
Kanker ini dapat dikategorikan dalam dua
jenis, yaitu limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin. Perbedaan utamanya terletak pada
jenis sel limfosit yang diserang kanker dan dapat diketahui melalui pemeriksaan
di bawah mikroskop oleh dokter.
Limfoma digolongkan dalam jenis Hodgkin
jika dokter mendeteksi adanya sel abnormal Reed-Sternberg dalam sel kanker.
Sementara limfoma tanpa sel abnormal tersebut termasuk dalam kategori limfoma
non-Hodgkin.
Limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi
dibandingkan limfoma Hodgkin. Diperkirakan sekitar 8 dari 10 kasus limfoma
merupakan jenis ini.
C.GEJALA
Gejala utama yang dialami pengidap limfoma
adalah tumbuhnya benjolan. Benjolan ini tidak terasa sakit dan umumnya muncul
pada leher, ketiak, dan selangkangan.
Selain benjolan, ada beberapa gejala yang
mungkin dirasakan pengidap. Indikasi-indikasi tersebut biasanya meliputi:
·
Selalu merasa lelah.
·
Berkeringat pada malam hari.
·
Demam dan menggigil.
·
Sering mengalami infeksi atau infeksi yang sulit
sembuh.
·
Gatal-gatal di seluruh tubuh.
·
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
·
Tidak nafsu makan.
·
Pembengkakan pada perut.
·
Batuk yang tidak kunjung sembuh.
·
Gangguan pernapasan.
·
Sakit dada.
Segeralah temui dokter jika Anda merasakan
gejala-gejala tersebut. Meski memiliki benjolan, bukan berarti Anda pasti
menderita limfoma, tapi disarankan untuk tetap melakukan pemeriksaan sedini
mungkin.
D.PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO
Limfoma terjadi karena adanya perubahan
atau mutasi pada DNA sel-sel limfosit sehingga pertumbuhannya menjadi tidak
terkendali. Penyebab di balik mutasi tersebut belum diketahui secara pasti.
Tetapi ada beberapa hal yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
terkena limfoma. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
·
Usia. Sebagian besar limfoma Hodgkin terjadi
pada pengidap yang berusia 15-30 tahun dan lansia di atas 55 tahun. Sedangkan
risiko limfoma non-Hodgkin akan meningkat seiring usia, khususnya lansia
berusia di atas 60 tahun.
·
Faktor keturunan. Risiko Anda untuk terkena limfoma akan
meningkat jika Anda memiliki anggota keluarga inti (ayah, ibu, atau saudara
kandung) yang menderita jenis kanker yang sama.
· Pernah tertular virus Epstein-Barr atau EBV. Virus
ini menyebabkan demam kelenjar. Orang yang pernah mengalami demam kelenjar
lebih berisiko mengalami limfoma Hodgkin.
·
Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya
karena mengidap HIV atau
menggunakan obat imunosupresan.
·
Jenis kelamin. Limfoma lebih sering menyerang pria
dibandingkan dengan wanita.
E.DIAGNOSA DAN STADIUM LIMFOMA
Menanyakan gejala-gejala yang dialami
pasien merupakan langkah awal diagnosis pada semua penyakit, termasuk limfoma.
Riwayat kesehatan Anda dan pemeriksaan fisik juga akan Anda jalani.
Jika menduga Anda mengidap limfoma, dokter
akan menganjurkan beberapa pemeriksaan atau tes untuk memastikan diagnosis.
Langkah pemeriksaan tersebut meliputi:
· Tes darah dan urine. Melalui langkah ini, dokter akan
mengetahui kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan.
· X-ray, CT, MRI, dan PET
scan. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat tingkat
penyebaran limfoma.
· Biopsi untuk mengambil sampel kelenjar
getah bening yang membengkak serta sumsum tulang.
Biopsi, X-ray, CT Scan, MRI, dan PET
Scan juga akan membantu dokter untuk menentukan stadium serta tingkat
perkembangan limfoma yang Anda derita. Berikut ini adalah penjelasan singkat
untuk stadium-stadium dalam limfoma.
· Stadium 1 – kanker menyerang salah satu
kelompok noda limfa.
· Stadium 2 – kanker menyerang dua kelompok noda
limfa atau menyebar ke satu organ di sekitar noda limfa, tapi hanya terbatas
pada tubuh bagian atas atau bawah saja.
· Stadium 3 – kanker menyebar ke kelompok noda
limfa pada bagian atas dan bawah diafragma.
· Stadium 4 – kanker sudah menyebar melalui
sistem limfatik dan masuk ke organ atau sumsum tulang.
F. PENGOBATAN
Pengobatan limfoma bisa tidak sama bagi
tiap pengidap. Dokter akan menentukan langkah yang terbaik untuk Anda
berdasarkan kondisi kesehatan, jenis, dan stadium limfoma Anda.
Khusus untuk limfoma non-Hodgkin, tidak
semuanya membutuhkan penanganan medis secepatnya. Jika kanker yang Anda idap
termasuk jenis yang lambat berkembang, dokter mungkin akan menyarankan untuk
menunggu dan melihat perkembangannya terlebih dulu. Bahkan ada limfoma
non-Hodgkin stadium dini dengan ukuran kecil yang dapat diatasi melalui prosedur
pengangkatan pada saat biopsi sehingga pasien tidak membutuhkan penanganan
lebih lanjut.
Jika limfoma Anda membutuhkan pengobatan,
langkah utama dalam menanganinya adalah kemoterapi. Kemoterapi dapat diberikan
melalui infus atau obat minum. Jenis yang diberikan oleh dokter tergantung pada
stadium kanker yang Anda derita. Terapi ini juga terkadang dikombinasikan
dengan:
·
Radioterapi.
·
Obat-obatan steroid.
· Terapi biologis, contohnya obat rituximab. Obat ini
akan menempelkan diri pada sel-sel kanker lalu merangsang sistem kekebalan
tubuh untuk menyerang dan membunuhnya.
· Transplantasi sumsum tulang. Langkah ini dibutuhkan
bagi penderita limfoma yang mengalami kerusakan sumsum tulang akibat kemoterapi
dosis tinggi.
Di samping manfaat dan keefektifannya, langkah-langkah
tersebut juga memiliki efek samping. Beberapa efek samping yang umumnya
berpotensi dialami oleh penderita meliputi kelelahan, diare, mual, serta muntah.
Selain itu, penurunan sistem kekebalan
tubuh, risiko ketidaksuburan, potensi munculnya kanker lain juga merupakan
komplikasi efek samping dari pengobatannya. Risiko terjadinya penyakit lain
juga mungkin bisa meningkat, contohnya penyakit jantung,
ginjal, diabetes,
serta katarak.
0 komentar:
Posting Komentar